BAB 2
TEORI AKUNTANSI
1.1.Pendahuluan
Kita
mendengar berbagai definisi yang berbeda tentang akuntansi, menyaksikan
berbagai perdebatan mengenai apakah akuntansi merupakan seni atau ilmu (sains),
dan begitu banyak orang yang bingung atau tidak mengerti akan pesan akuntansi.
Makalah ini bermaksud untuk memberikan jawaban dan menertibkan berbagai isu di
atas yang berkaitan dengan hakikat akuntansi, hubungannya dengan manajemen,
ketergantungannya pada akuntansi pencatatan berpasangan dan prinsip-prinsip
akuntansi yang nberlaku umum. Namun, penertiban ini menimbulkan beberapa
pertanyaan lagi mengenai penggunaannya, seperti yang dibuktikan dengan
seringnya terjadi perubahan dalam akuntansi dan bukti akan adanya manajemen
laba (earnings management). Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan diperkenalkan kompleksitas relative dari
hakikat dan penggunaan akuntansi.
1.2.Definisi dan Peranan Akuntansi
1.2.1. Definisi Akuntansi
Definisi
akuntansi seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American Institute of Certified Public
Accountants adalah Akuntansi merupakan suatu seni pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhitasaran dalam cara yang signifikan dan satuan
mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian
di antaranya memiliki sifat keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan
hasilnya. Ruang lingkup akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran
dan pengkomunikasian informasi ekonomi sehingga memungkinkan adanya
pertimbangan dan pengambilan
keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna
informasi tersebut. Baru-baru ini akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi, dan dalam menentukan pilihan di antara serangkaian tindakan alternatif yang ada.
Adapun perusahaan memberikan dan
menerima informasi dari empat sumber, yaitu:
1) Bagi
para penanam modal, perusahaan memberikan a) laporan keuangan, b) rilis –rilis
pers, c) pertemuan-pertemuan bagi para analis, dan d) buku – buku fakta. Dari
para penanam modal ia menerima informasi mengenai a) kebenaran dalam
permodalan, b) melaksanakan penawaran surat berharga, dan (c) kapasitas
keuangan.
2) Kepada
para pelanggan dari pemasok, perusahaan memberikan informasi mengenai mutu
produk/jasa dan menerima informasi mengenai kelayakan kredit dan kualifikasi
pelanggan.
3) Kepada
masyarakat secara umum, perusahaan menerima informasi mengenai a) kebijakan/
peraturan perpajakan, b) persyaratan pemberian pekerjaan, c) mutu udara/air,
dan d) pembatasan-pembatasan lingkungan dan memberikan informasi mengenai a) dampak
–dampak kepada lingkungan, b) dampak-dampak pemberian pekerjaan, dan c)
pelaporan pajak.
4) Kepada
orang-orang yang berbakat, perusahaan menerima informasi mengenai a) kredensial/kompetensi,
b) kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan, c) kompensasi, dan d) informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan memberikan informasi mengenai a) tunjangan, b)
kebijakan pemberian pekerjaan, c) kompensasi, dan d) informasi yang berhubungan
dengan pekerjaan.
1.2.2. Akuntansi: seni atau ilmu?
Argumentasi
tentang hal ini dijabarkan dengan sangat
tepat oleh Mautz sebagai berikut:
Akuntansi berhubungan dengan
perusahaan, yang tentunya merupakan kelompok sosial; akuntansi berkepentingan
dengan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi
dan mempunyai dampak atas hubungan sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan
yang berguna dan berarti bagi orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas
yang memiliki implikasi social; akuntansi pada hakikatnya bersifat mental.
Menurut dasar pedoman-pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu sosial.
Pandangan
terhadap akuntansi sebagai ilmu sosial telah meresap ke dalam atmosfer
lingkungan akademik dan riset mengenai akuntansi, menimbulkan terjadinya
perpecahan dalam bidang dan profesi ini yang diantaranya dibuktikan dengan
riset akuntansi yang saat ini kebanyakan dijalankan tidak relevan sama sekali
dengan akuntansi di dunia nyata.
1.2.3.
Sifat dan Peranan akuntansi
Sifat –sifat baik (virtue) dari praktik meliputi:
Ø Kejujuran
dari akuntan pada umumnya dan auditor pada khususnya.
Ø Memililiki
kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain
Ø Sensitif
terhadap nilai kerja
Ø Sifat
akuntansi yang komunikatif
Ø Penyebaran
informasi dengan ekonomi.
Tetapi
kadang kala realisasi dari sifat sifat diatas dihalangi oleh kendala seperti:
v dominasi
dari imbalan eksternal yang mengancam kebebasan auditor
v kekuatan intuisi yang merusak, dan
v kegagalan
membedakan sifat baik dengan hukum.
Peranan dari akuntansi adalah untuk
memberikan informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas
– aktivitas perusahaan dalam lingkungannya.
1.3.Pengukuran Dalam Akuntansi
1.3.1. Hakikat pengukuran dalam akuntansi
Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah
satu alat pengukuran sekaligus suatu disiplin komunikasi. Pengukuran memiliki
arti “pemberian angka – angka kepada objek atau kejadian kejadian menurut
aturan tertentu.”
1.3.2. Jenis Ukuran
Terdapat
beberapa jenis ukuran yang mungkin dalam akuntansi:
1. Ukuran
ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung.
Ukuran
langsung atau utama adalah ukuran nyata dari suatu objek atau atribut yang ia
miliki. Ukuran tidak langsung atau sekunder diambil secara tidak langsung
melalui suatu transformasi aljabar dari sejumlah angka yang mencerminkan
ukurang lansung dari beberapa objek atau atribut. Objek atau atribut ini adalah
objek – objek intrinsik dari suatu ukuran tidak langsung.
2. Dilihat
dari dimensi waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat
diklasifikasikan sebagai ukuran lampau, masa kini, atau ukuran masa depan yang
masing – masing mengacu pada kejadian dimasa lampau, masa kini, atau di masa
depan.
3. Dapat
diklasifikasikan sebagai suatu ukuran retstropektif, ukuran kontemporer, atau
ukuran prospektif.
4. Pengukuran dapat berupa :
a. Pengukuran
fundamental dimana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuia dengan
refrensinya terhadap hukum alam, dan tidak bergantung pada pengukuran dan
variabel lain.
b. Pengukuran
turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan
bergantung kepada adanya teori empiris yang telah diversifikasi yang
menghubungkan suatu sifat tertentu dengan sifat yang lain.
5. Pengukuran
dapat a) dilakukan ketika teori – teori empiris yang telah dikonfirmasikan
mungkin dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka, atau b) dibuat
melalui suatu keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi yang arbiter.
1.3.3. Jenis Skala
Setiap pengukuran dibuat dalam suatu
skala. Skala dapat diuraikan dalam istilah umum sebagai skala nominal, ordinal,
interval, atau rasio.
a.
Skala nominal (nominal scale) akan membantu dalam penentuan keseimbangan, seperti
penomoran pemain sepak bola. Skala ni merupakan sistem pengklasifikasian atau
pelabelan yang sederhana seperti dalam kasus kode akun.
b. Skala
ordinal (ordinal scale) membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil
suatu hal, seperti tingkat mutu wol atau nomor jalan, Skala ini merupakan
urutan sisitem preferensi.
c. Skala
interval (interval scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval
atau perbedaan suhu dan waktu. Skala ini memberikan nilai yang seimbang kepada
interval dianatara angka –angka yang telah diberikan.
d. Skala
rasio (ratio scale) membantu dalam penetuan keseimbangan dari rasio, titik nol
alamiah, dimana diketahui jarak dari titik tersebut ke paling sedikit satu
objek.
1.4.Pemikiran di Balik Akuntansi Pencatatan
Berpasangan
Akuntansi
pencatatan berpasangan terdiri dari dua jenis, yaitu akuntansi pencatatan
berpasangan klasifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kausal. Kedua
jenis penctatan tersebut bergantung pada keseimbangan dari debit dan kredit.
Akuntansi
pencatatan berpasangan klasifikasional ditujukan untuk tetap menjaga persamaan
akuntansi fundamental yang merangkum posisi klasifikasional tersebut:
AKTIVA =
KEWAJIBAN + EKUITAS PEMILIK
Pembukuan
percatatan berpasangan kausal menggambarkan hubungan sebab akibat antara suatu
kenaikan dengan penurunan.
1.5.Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum
1.5.1. Arti GAAP
Pernyataan No.4 dari AICPA menyatakan bahwa
GAAP mencatat ‘pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan…kebutuhan praktis
dan mereka”... mencakup ketentuan, atuaran, dan prosedur yang diperlukan untuk
mendefinisikan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat waktu tertentu.
Ini adalah pedoman bagi profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik
akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap sebagai
praktik akuntansi yang baik. Ketentuan, aturan, dan prosedur mendapatakan
status khusus dengan tercantum dalam GAAP karena mereka memiliki dukungan
kewenangan yang substansial.
1.5.2. Mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP
khusus, atau OCBOA
Mereka yang
menginginkan keseragaman dan komparabilitas akan memilih GAAP; mereka yang
menginginkan fleksibilitas dan cara yang lebih baik untuk menghadapi kondisi
yang beragam akan memilih GAAP khusus. Mereka yang memperdebatkan adanya kondisi
unik atau menentang standar yang berlebihan akan memilih untuk menggunkan
OCBOA.
1.5.3. GAAP
kecil vs GAAP besar
Secara
tentative FASB mendefinisikan sebuah perusahaan kecil sebagai berikut:
Suatu perusahaan yang operasinya relatif kecil, biasanya dengan
total pendapatan kurang dari $5 juta. Biasanya perusahaan ini (a) dikelola oleh
pemilik, (b) dan jika ada, memiliki hanya sedikit pemilik yang lain, (c)
seluruh pemiliknya ikut terlibat secara aktif dalam pelaksanaan urusan
perusahaan (d) jarang terjadi perpindahan kepemilikan, dan (e) stuktur modal yang sederhana.
FASB juga mendefinisikan publik sebagai berikut:
Suatu perusahaan yang (a) sahamnya diperdagangkan dipasar
publik/ bursa saham (b)diwajibkan untuk memberikan laporan keuangannya kepada Securities and Exchange Commision.
1.6.Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya
Kebijakan
akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip –prinsip akuntansi yang
spesifik dan metode – metode penerapan prinsip –prinsip tersebut yang dinilai
oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi
yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang
terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip –prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan
laporan keuangan.
Ada dua studi
yang meneliti perubahan – perubahan akuntansi dari: (a) perusahaan yang sukses
dan tidak sukses (b) perusahaan yang menghadapi atau mengalami perubahan
peringkat obligasi.
1.7.Akuntansi yang Dirancang
Karena kekontrasannya yang dimilikinya
dengan pemilihan teknik dan solusi yang didasarkan pada suatu prinsip. Suatu
fenomena yang disebut akuntansi prinsip maka disebutlah akuntansi yang dapat
dirancang. Aspek –aspek dari akuntansi yang dapat dirancang termasuk : a).
Hipotesis salah saji keuangan secara selektif, b) perataan laba, c)
manajemen laba d) akuntansi kreatif, e) kecurangan akuntansi.
a. Hipotesis salah saji keuangan secara
selektif
Hipotesis salah saji keuangan secara
selektif diasumsikan melintasi kedua sektor publik dan pribadi “karena para
partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk mendukung standar-standar
yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi ketika hal
tersebut sesuai dengan tujuan mereka”. Ini berlaku untuk para manajer, pemegang
saham, auditor, dan para penyusun standar.
b. Perataan laba
Perataan laba yang sesungguhnya melibatkan
pilihan yang disengaja dan perubahan waktu dari transaksi yang dapat
memengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa ekonomi yang mendasarinya. Hal
ini dapat dilakukan dengan memilih dan mengubah waktu pembelian, menyewa
produksi, investasi, penjualan, penganggaran modal, penelitian dan
pengembangan, periklanan dan keputusan-keputusan lainnya. Tindakan yang diambil
oleh manajemen dalam perataan riil dimaksudkan untuk mengubah keputusan
produksi dan / investasi perusahaan pada akhir tahun, dengan didasarkan atas
pengetahuan mengenai bagaimana kinerja perusahaan sampai dengan saat tersebut.
c. Manajemen laba
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk
memilih diantara beberapa cara alternative dalam mencatat transaksi sekaligus
memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi yang sama. Fleksibilitas
ini yang dimaksudkan untuk memunginkan para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai
situasi ekonomi dan menggambarkan konsekuensi ekonomi yang sebenarnya dari
transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk memengaruhi tingkat pendapatan
pada suatu waktu tetentu dengan tujuan memberikan keuntungan bagi manajemen dan
para pemangku kepentingan (stakeholder).
Dari sini diesensikan manajemen laba adalah suatu kemampuan untuk
“memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat
untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.
d. Kreatifitas dalam akuntansi
Kreatifitas dalam akuntansi dapat
digolongkan menjadi : (1) akuntansi mandi besar, yaitu pada umumnya mengacu
kepada langkah-langkah yang diambil oleh manajemen untuk secara drastis
mengurangi laba per saham dimasa yang akan datang. (2) akuntansi kreatif, yaitu
istilah yang biasanya digunkan oleh pers populer untuk mengacu kepada apa yang
dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan
tampak lebih bagus dari seharusnya.
e. kecurangan dalam akuntansi
Kecurangan adalah istilah generik, dan
merangkum seluruh ragam cara yang dapat diciptakan oleh kecerdasan manusia,
yang dilakukan oleh seseorang untuk meraih keuntungan dari orang lain dari
penyajian yang salah. Ada beberapa macam bentuk kecurangan, yaitu :
a. Kecurangan
korporat, yaitu pada umumnya dilakukan oleh pejabat, eksekutif, dan/atau
manager pusat laba dari perusahaan publik untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek mereka.
b. Kecurangan
dalam pelaporan keuangan.
Jenis
– jenis umum dari kecurangan dalam pelaporan keuangan meliputi:
a) manipulasi,
pemalsuan, atau pengubahan catatan-catatan atau dokumen-dokumen
b) penekanan
atau penghilangan dampak dari transaksi-transaksi yang sudah selesai dari
catatan-catatan dokumen
c) pencatatan
transaksi tanpa ada substansinya
d) kesalahan
penerapan dalam kebijakan-kebijakan akuntansi
e) kegagalan
untuk mengungkapakan informasi yang signifikan.
c. Kejahatan
kerah putih. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen utama,
yaitu: 1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3)
menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukerela
untuk membantu pelaku kejahatan, dan 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
d. Kegagalan audit.
Auditor
diharapkan mampu mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan
atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Ketika auditor gagal
untuk memenuhi ekpektasi ini, maka kegagalan audit adalah hasil yang tidak
dapat dielakkan. Maka kemudian tingkat kualitas auditlah yang dapat
menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit didefinisikan sebagai
probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan apapun kesalahan
penyajian yang materian. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko
audit, dengan jasa bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang lebih kecil.
Risiko audit didefinisikan sebagai risiko bahwa auditor kemungkinan dengan
tanpa sepengetahuannya gagal untuk dengan tepat memodifikasi pendapatan atas
laporan keuangan yang memuat kesalahan penyajian yang material.
1.8.Proletarisasi Teknis dan Ideologis Para
Akuntan
Terjadinya
persaingan dalam lingkungan pekerjaan memiliki empat aspek: orang tersebut diasingkan dari objek yang ia
produksi, dari proses produksi, dari dirinya sendiri dan dari komunitas
rekan-rekannya. Dalam kondisi terasing ini, pola pikir dari para akuntan,
kesadaran mereka, sebagian besar hanya merupakan pencerminan dari kondisi yang
mereka temukan dan posisi yang mereka tempati dalam proses produksi. Situasi
ini adalah suatu hal yang serius terutama bagi para akuntan wanita.
1.9.Kesadaran Para Pengguna yang Dirancang
Kadang, dalam proses yang mengarah kepada
“kesadaran yang direkayasa” ini, manajer mungkin mengganti suatu “kesadaran
palsu” melalui suatu proses yang oleh para peneliti telah dikaitkan dengan
bermacam-macam istilah, dari perataan laba hingga kecurangan dalam pelaporan
keuangan. Dalam merekayasa kesadaran dari para pengguna melalui penyebaran
informasi secara selektif tadi, menejemen dapat menambahkannya dengan pencucian
otak dan hipnotis secara kolektif atau pengkondisian sosial.
1.10.
Perspektif
Etika dalam Akuntansi
a. Etika
Utilitarian.
Asumsi
implisitnya adalah bahwa biaya dan manfaat suatu tindakan dapat diukur
berdasarkan suatu skala numerik dan yang umum dan dapat ditambahkan atau
dikurangkan satu sama lain. Keunggulan dari etika utilitarian adalah : 1)
sasaran moralitas, 2) proses pemikiran moral, 3) fleksibilitas dan pengecualian,
dan 4) menghindari konflik aturan. Sedangkan kesulitan yang muncul akubal adanya
utilitarianisme adalah : 1) penolakan dari kewajiban khusus, 2) penolakan dari
hak asasi, dan 3) penolakan dari keadilan.
b. Etika Deontologi. Pendekatan ini mempertimbangkan
suatu tindakan yang menurut moral benar
jika telah sesuai dengan aturan moral yang tepat.
c. Pemikiran dan
Kelayakan.
Pemikiran
akan kelayakan menempatkan individu dalam suatu konteks tanggungjawab dan
responsivitasnya terhadap etos yang didalamnya terkumpul kepentingan sosial dan
politik dari masyarakat di sekeliling. Tindakan responsive harus menerjemahkan
reaksi-reaksi lama dan menyesuaikan dirinya di dalam reaksi baru. Kelayakan
menjadi kriteria untuk mengevaluasi pilihan moral.
Perdebatan Mengenai
Akuntasi sebagai Seni atau Ilmu
Selama
ini literatur akuntansi telah mengembangkan suatu debat berkepanjangan
menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan sebuah ilmu (sains).
Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan
agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang
baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan “legalistic” terhadap
akuntansi. Para pendukung akuntansi adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan
agar mengajarkan model pengukuran akuntansi untuk dapat memberikan pandangan
yang lebih konseptual kepada para mahasiswa akuntansi mengeni apa yang hendak
dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi sasaran umum guna
melayani kebutuhan para penggunanya; dan untuk menumbuhkan pemikiran kritis di
bidang akuntansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi di dalamnya.
Bagaimana akuntansi itu diajarkan, apakah sebagai keahlian ataupun sebagai
ilmu, akan memengaruhi cara pandang terhadap bidang studi ini dan kesiapan dari
para siswa yang memilih untuk mengambil akuntansi sebagai jurusan utamanya
hingga nanti pada akhirnya ia akan turut bergabung dalam profesi akuntansi.
Teori, baik dalam segi normative maupun positif, dan ilmu akuntansi, yang
ditempatkan di awal dan tidak hanya di belakang kukrikulum, akan dapat membantu
para siswa dalam memahami akuntansi secara lebih baik, untuk lebih siap terhadap
perubahan-perubahan dalam praktik, hingga sampai pada pngambilan kebijakan yang
lebih baik. Meskipun
Akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi
mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial (social science).
Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada
kebenaran yang sifatnya universal (Glautier and Underdown, 1994). Konsep
akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan.
KESIMPULAN
Suatu
disiplin ilmu yang tampaknya begitu biasa dan praktis bagi beberapa orang,
ternyata dapat menjadi begitu rumit, begitu dipenuhi oleh
permasalahan-permasalahan dan arti. Definisi dan penggunaan dari akuntansi
meninggalkan kita dengan suatu fakta yang pasti bahwa akuntansi memang benar
suatu ilmu social, suatu ilmu dengan aturan-aturan praktik dan teori-teori yang
mendukung. Teori-teori dari akuntansi dan lingkungan dari suatu ilmu yang telah
berkembang penuh, yang memiliki aspirasi menjadi int dari bekerjanya masyakat
dan ekonomi. Dari pembahasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi
adalah salah satu cabang ilmu, yaitu ilmu sosial yang rumit. Pelaksanaannya pun
dilakukan berdasarkan teori-teori, etika, dan aturan-aturan praktik tertentu. Contoh
KASUS MANIPULASI DATA LAPORAN KEUANGAN ENRON
DAN KAP ARTHUR ANDERSEN
Enron merupakan perusahaan dari
penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston
Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron
bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang
sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction,
trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi
sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya
harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari
Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking
tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan
perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang
hampir sebesar US $ 31,2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui
terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan
mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati
investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih,
termasuk wakil presiden Amerika Serikat.
Dalam
kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard dalam penyesatan informasi,
diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan
disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Pihak
manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan
bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor
dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985
sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang
kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau
mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001
berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan. Kasus memalukan ini konon
ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika
Serikat.
DAFTAR PUSTAKA
Riahi,
Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting
Theory. Jakarta: Salemba Empat.
Nastalisti. 2011. Online (http://www.slideshare.net/nastalisti/ringkasan-bab-1-5).
Diakses tanggal 6 September 2014
Badruzani. 2009. Online
(http://badruzafni.blogspot.com/2009/06/teori-akuntansi-positif-dan-normatif.html).
Diakses tanggal 6 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar