Senin, 29 September 2014

HAKIKAT DAN PENGGUNAAN AKUNTANSI

BAB 2
TEORI AKUNTANSI


1.1.Pendahuluan
Kita mendengar berbagai definisi yang berbeda tentang akuntansi, menyaksikan berbagai perdebatan mengenai apakah akuntansi merupakan seni atau ilmu (sains), dan begitu banyak orang yang bingung atau tidak mengerti akan pesan akuntansi. Makalah ini bermaksud untuk memberikan jawaban dan menertibkan berbagai isu di atas yang berkaitan dengan hakikat akuntansi, hubungannya dengan manajemen, ketergantungannya pada akuntansi pencatatan berpasangan dan prinsip-prinsip akuntansi yang nberlaku umum. Namun, penertiban ini menimbulkan beberapa pertanyaan lagi mengenai penggunaannya, seperti yang dibuktikan dengan seringnya terjadi perubahan dalam akuntansi dan bukti akan adanya manajemen laba (earnings management). Oleh karena itu, dalam makalah ini akan diperkenalkan kompleksitas relative dari hakikat dan penggunaan akuntansi.

1.2.Definisi dan Peranan Akuntansi
1.2.1. Definisi Akuntansi
            Definisi akuntansi seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American Institute of Certified Public Accountants adalah Akuntansi merupakan suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhitasaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian di antaranya memiliki sifat keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya. Ruang lingkup akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian informasi ekonomi sehingga memungkinkan adanya pertimbangan dan pengambilan
keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna informasi tersebut.
Baru-baru ini akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi, dan dalam menentukan pilihan di antara serangkaian tindakan alternatif yang ada.
 Adapun perusahaan memberikan dan menerima informasi dari empat sumber, yaitu:
1)      Bagi para penanam modal, perusahaan memberikan a) laporan keuangan, b) rilis –rilis pers, c) pertemuan-pertemuan bagi para analis, dan d) buku – buku fakta. Dari para penanam modal ia menerima informasi mengenai a) kebenaran dalam permodalan, b) melaksanakan penawaran surat berharga, dan (c) kapasitas keuangan.
2)      Kepada para pelanggan dari pemasok, perusahaan memberikan informasi mengenai mutu produk/jasa dan menerima informasi mengenai kelayakan kredit dan kualifikasi pelanggan.
3)      Kepada masyarakat secara umum, perusahaan menerima informasi mengenai a) kebijakan/ peraturan perpajakan, b) persyaratan pemberian pekerjaan, c) mutu udara/air, dan d) pembatasan-pembatasan lingkungan dan memberikan informasi mengenai a) dampak –dampak kepada lingkungan, b) dampak-dampak pemberian pekerjaan, dan c) pelaporan pajak.
4)      Kepada orang-orang yang berbakat, perusahaan menerima informasi mengenai a) kredensial/kompetensi, b) kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan, c) kompensasi, dan d) informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, dan memberikan informasi mengenai a) tunjangan, b) kebijakan pemberian pekerjaan, c) kompensasi, dan d) informasi yang berhubungan dengan pekerjaan.          


1.2.2. Akuntansi: seni atau ilmu?
        Argumentasi tentang hal  ini dijabarkan dengan sangat tepat oleh Mautz sebagai berikut:
Akuntansi berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan kelompok sosial; akuntansi berkepentingan dengan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas hubungan sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti bagi orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi social; akuntansi pada hakikatnya bersifat mental. Menurut dasar pedoman-pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu sosial.
        Pandangan terhadap akuntansi sebagai ilmu sosial telah meresap ke dalam atmosfer lingkungan akademik dan riset mengenai akuntansi, menimbulkan terjadinya perpecahan dalam bidang dan profesi ini yang diantaranya dibuktikan dengan riset akuntansi yang saat ini kebanyakan dijalankan tidak relevan sama sekali dengan akuntansi di dunia nyata.

1.2.3. Sifat dan Peranan akuntansi
Sifat –sifat baik (virtue) dari praktik meliputi:
Ø  Kejujuran dari akuntan pada umumnya dan auditor pada khususnya.
Ø  Memililiki kepedulian terhadap status ekonomi pihak lain
Ø  Sensitif terhadap nilai kerja
Ø  Sifat akuntansi yang komunikatif
Ø  Penyebaran informasi dengan ekonomi.
Tetapi kadang kala realisasi dari sifat sifat diatas dihalangi oleh kendala seperti:
v  dominasi dari imbalan eksternal yang mengancam kebebasan auditor
v   kekuatan intuisi yang merusak, dan
v  kegagalan membedakan sifat baik dengan hukum.
          Peranan dari akuntansi adalah untuk memberikan informasi mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas – aktivitas perusahaan dalam lingkungannya.


1.3.Pengukuran Dalam Akuntansi
1.3.1. Hakikat pengukuran dalam akuntansi
        Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukuran sekaligus suatu disiplin komunikasi. Pengukuran memiliki arti “pemberian angka – angka kepada objek atau kejadian kejadian menurut aturan tertentu.”
1.3.2. Jenis Ukuran
Terdapat beberapa jenis ukuran yang mungkin dalam  akuntansi:
1.      Ukuran ukuran akuntansi dapat langsung maupun tidak langsung.
              Ukuran langsung atau utama adalah ukuran nyata dari suatu objek atau atribut yang ia miliki. Ukuran tidak langsung atau sekunder diambil secara tidak langsung melalui suatu transformasi aljabar dari sejumlah angka yang mencerminkan ukurang lansung dari beberapa objek atau atribut. Objek atau atribut ini adalah objek – objek intrinsik dari suatu ukuran tidak langsung.
2.    Dilihat dari dimensi waktu pengambilan keputusan, ukuran akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai ukuran lampau, masa kini, atau ukuran masa depan yang masing – masing mengacu pada kejadian dimasa lampau, masa kini, atau di masa depan.
3.    Dapat diklasifikasikan sebagai suatu ukuran retstropektif, ukuran kontemporer, atau ukuran prospektif.
4.     Pengukuran dapat berupa :
a.       Pengukuran fundamental dimana suatu angka dapat diberikan kepada suatu sifat sesuia dengan refrensinya terhadap hukum alam, dan tidak bergantung pada pengukuran dan variabel  lain.
b.      Pengukuran turunan yang bergantung kepada pengukuran dari dua atau lebih kuantitas dan bergantung kepada adanya teori empiris yang telah diversifikasi yang menghubungkan suatu sifat tertentu dengan sifat yang lain.
5.      Pengukuran dapat a) dilakukan ketika teori – teori empiris yang telah dikonfirmasikan mungkin dapat digunakan untuk mendukung keberadaan mereka, atau b) dibuat melalui suatu keputusan resmi, yang didasarkan pada definisi yang arbiter.

1.3.3. Jenis Skala
        Setiap pengukuran dibuat dalam suatu skala. Skala dapat diuraikan dalam istilah umum sebagai skala nominal, ordinal, interval, atau rasio.
a.         Skala nominal (nominal scale) akan membantu dalam penentuan keseimbangan, seperti penomoran pemain sepak bola. Skala ni merupakan sistem pengklasifikasian atau pelabelan yang sederhana seperti dalam kasus kode akun.
b.   Skala ordinal (ordinal scale) membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil suatu hal, seperti tingkat mutu wol atau nomor jalan, Skala ini merupakan urutan sisitem preferensi.      
c.    Skala interval (interval scale) membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval atau perbedaan suhu dan waktu. Skala ini memberikan nilai yang seimbang kepada interval dianatara angka –angka yang telah diberikan.
d.   Skala rasio (ratio scale) membantu dalam penetuan keseimbangan dari rasio, titik nol alamiah, dimana diketahui jarak dari titik tersebut ke paling sedikit satu objek.

1.4.Pemikiran di Balik Akuntansi Pencatatan Berpasangan
              Akuntansi pencatatan berpasangan terdiri dari dua jenis, yaitu akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional dan akuntansi pencatatan berpasangan kausal. Kedua jenis penctatan tersebut bergantung pada keseimbangan dari debit dan kredit.
     Akuntansi pencatatan berpasangan klasifikasional ditujukan untuk tetap menjaga persamaan akuntansi fundamental yang merangkum posisi klasifikasional tersebut:
               AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS PEMILIK
     Pembukuan percatatan berpasangan kausal menggambarkan hubungan sebab akibat antara suatu kenaikan dengan penurunan.
1.5.Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
1.5.1. Arti GAAP
     Pernyataan No.4 dari AICPA menyatakan bahwa GAAP mencatat ‘pengalaman, alasan, kebiasaan, penggunaan, dan…kebutuhan praktis dan mereka”... mencakup ketentuan, atuaran, dan prosedur yang diperlukan untuk mendefinisikan praktik akuntansi yang berlaku umum pada saat waktu tertentu. Ini adalah pedoman bagi profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap sebagai praktik akuntansi yang baik. Ketentuan, aturan, dan prosedur mendapatakan status khusus dengan tercantum dalam GAAP karena mereka memiliki dukungan kewenangan yang substansial.
1.5.2. Mana yang harus digunakan? GAAP, GAAP khusus, atau OCBOA
        Mereka yang menginginkan keseragaman dan komparabilitas akan memilih GAAP; mereka yang menginginkan fleksibilitas dan cara yang lebih baik untuk menghadapi kondisi yang beragam akan memilih GAAP khusus. Mereka yang memperdebatkan adanya kondisi unik atau menentang standar yang berlebihan akan memilih untuk menggunkan OCBOA.
1.5.3. GAAP kecil vs GAAP besar
        Secara tentative FASB mendefinisikan sebuah perusahaan kecil sebagai berikut:
Suatu perusahaan yang operasinya relatif kecil, biasanya dengan total pendapatan kurang dari $5 juta. Biasanya perusahaan ini (a) dikelola oleh pemilik, (b) dan jika ada, memiliki hanya sedikit pemilik yang lain, (c) seluruh pemiliknya ikut terlibat secara aktif dalam pelaksanaan urusan perusahaan (d) jarang terjadi perpindahan kepemilikan, dan  (e) stuktur modal yang sederhana.
FASB juga mendefinisikan publik sebagai berikut:
Suatu perusahaan yang (a) sahamnya diperdagangkan dipasar publik/ bursa saham (b)diwajibkan untuk memberikan laporan keuangannya kepada Securities and Exchange Commision.
1.6.Kebijakan Akuntansi dan Perubahannya
        Kebijakan akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip –prinsip akuntansi yang spesifik dan metode – metode penerapan prinsip –prinsip tersebut yang dinilai oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi  keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip –prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.
        Ada dua studi yang meneliti perubahan – perubahan akuntansi dari: (a) perusahaan yang sukses dan tidak sukses (b) perusahaan yang menghadapi atau mengalami perubahan peringkat obligasi.

1.7.Akuntansi yang Dirancang
     Karena kekontrasannya yang dimilikinya dengan pemilihan teknik dan solusi yang didasarkan pada suatu prinsip. Suatu fenomena yang disebut akuntansi prinsip maka disebutlah akuntansi yang dapat dirancang. Aspek –aspek dari akuntansi yang dapat dirancang termasuk : a). Hipotesis salah saji keuangan secara selektif,  b) perataan laba, c) manajemen laba d) akuntansi kreatif, e) kecurangan akuntansi.
a.       Hipotesis salah saji keuangan secara selektif
      Hipotesis salah saji keuangan secara selektif diasumsikan melintasi kedua sektor publik dan pribadi “karena para partisipan di kedua sektor tersebut dimotivasi untuk mendukung standar-standar yang secara selektif membuat salah saji dari realitas ekonomi ketika hal tersebut sesuai dengan tujuan mereka”. Ini berlaku untuk para manajer, pemegang saham, auditor, dan para penyusun standar.
b.      Perataan laba
      Perataan laba yang sesungguhnya melibatkan pilihan yang disengaja dan perubahan waktu dari transaksi yang dapat memengaruhi arus kas dan mengendalikan peristiwa ekonomi yang mendasarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih dan mengubah waktu pembelian, menyewa produksi, investasi, penjualan, penganggaran modal, penelitian dan pengembangan, periklanan dan keputusan-keputusan lainnya. Tindakan yang diambil oleh manajemen dalam perataan riil dimaksudkan untuk mengubah keputusan produksi dan / investasi perusahaan pada akhir tahun, dengan didasarkan atas pengetahuan mengenai bagaimana kinerja perusahaan sampai dengan saat tersebut.   
c.       Manajemen laba
      Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih diantara beberapa cara alternative dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi yang sama. Fleksibilitas ini yang dimaksudkan untuk memunginkan para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi ekonomi dan menggambarkan konsekuensi ekonomi yang sebenarnya dari transaksi tersebut, dapat juga digunakan untuk memengaruhi tingkat pendapatan pada suatu waktu tetentu dengan tujuan memberikan keuntungan bagi manajemen dan para pemangku kepentingan (stakeholder). Dari sini diesensikan manajemen laba adalah suatu kemampuan untuk “memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan.
d.      Kreatifitas dalam akuntansi
      Kreatifitas dalam akuntansi dapat digolongkan menjadi : (1) akuntansi mandi besar, yaitu pada umumnya mengacu kepada langkah-langkah yang diambil oleh manajemen untuk secara drastis mengurangi laba per saham dimasa yang akan datang. (2) akuntansi kreatif, yaitu istilah yang biasanya digunkan oleh pers populer untuk mengacu kepada apa yang dianggap oleh jurnalis dilakukan oleh akuntan untuk menjadikan laporan keuangan tampak lebih bagus dari seharusnya.
e.       kecurangan dalam akuntansi
      Kecurangan adalah istilah generik, dan merangkum seluruh ragam cara yang dapat diciptakan oleh kecerdasan manusia, yang dilakukan oleh seseorang untuk meraih keuntungan dari orang lain dari penyajian yang salah. Ada beberapa macam bentuk kecurangan, yaitu :
a.       Kecurangan korporat, yaitu pada umumnya dilakukan oleh pejabat, eksekutif, dan/atau manager pusat laba dari perusahaan publik untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek mereka.
b.      Kecurangan dalam pelaporan keuangan.
Jenis – jenis umum dari kecurangan dalam pelaporan keuangan meliputi:
a)      manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan-catatan atau dokumen-dokumen
b)      penekanan atau penghilangan dampak dari transaksi-transaksi yang sudah selesai dari catatan-catatan dokumen
c)      pencatatan transaksi tanpa ada substansinya
d)     kesalahan penerapan dalam kebijakan-kebijakan akuntansi
e)      kegagalan untuk mengungkapakan informasi yang signifikan.
c.       Kejahatan kerah putih. Kejahatan kerah putih dapat dikenali dari lima komponen utama, yaitu: 1) maksud untuk melakukan kejahatan, 2) menyamarkan tujuan, 3) menggantungkan diri pada kenaifan korban, 4) tindakan korban secara sukerela untuk membantu pelaku kejahatan, dan 5) penyembunyian pelanggaran tersebut.
d.       Kegagalan audit.
            Auditor diharapkan mampu mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Ketika auditor gagal untuk memenuhi ekpektasi ini, maka kegagalan audit adalah hasil yang tidak dapat dielakkan. Maka kemudian tingkat kualitas auditlah yang dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan apapun kesalahan penyajian yang materian. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko audit, dengan jasa bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang lebih kecil. Risiko audit didefinisikan sebagai risiko bahwa auditor kemungkinan dengan tanpa sepengetahuannya gagal untuk dengan tepat memodifikasi pendapatan atas laporan keuangan yang memuat kesalahan penyajian yang material.
                                                     

1.8.Proletarisasi Teknis dan Ideologis Para Akuntan
      Terjadinya persaingan dalam lingkungan pekerjaan memiliki empat aspek:  orang tersebut diasingkan dari objek yang ia produksi, dari proses produksi, dari dirinya sendiri dan dari komunitas rekan-rekannya. Dalam kondisi terasing ini, pola pikir dari para akuntan, kesadaran mereka, sebagian besar hanya merupakan pencerminan dari kondisi yang mereka temukan dan posisi yang mereka tempati dalam proses produksi. Situasi ini adalah suatu hal yang serius terutama bagi para akuntan wanita.

1.9.Kesadaran Para Pengguna yang Dirancang
      Kadang, dalam proses yang mengarah kepada “kesadaran yang direkayasa” ini, manajer mungkin mengganti suatu “kesadaran palsu” melalui suatu proses yang oleh para peneliti telah dikaitkan dengan bermacam-macam istilah, dari perataan laba hingga kecurangan dalam pelaporan keuangan. Dalam merekayasa kesadaran dari para pengguna melalui penyebaran informasi secara selektif tadi, menejemen dapat menambahkannya dengan pencucian otak dan hipnotis secara kolektif atau pengkondisian sosial.

1.10.        Perspektif Etika dalam Akuntansi
a.       Etika Utilitarian.
Asumsi implisitnya adalah bahwa biaya dan manfaat suatu tindakan dapat diukur berdasarkan suatu skala numerik dan yang umum dan dapat ditambahkan atau dikurangkan satu sama lain. Keunggulan dari etika utilitarian adalah : 1) sasaran moralitas, 2) proses pemikiran moral, 3) fleksibilitas dan pengecualian, dan 4) menghindari konflik aturan. Sedangkan kesulitan yang muncul akubal adanya utilitarianisme adalah : 1) penolakan dari kewajiban khusus, 2) penolakan dari hak asasi, dan 3) penolakan dari keadilan.
b.  Etika Deontologi. Pendekatan ini mempertimbangkan suatu tindakan yang   menurut moral benar jika telah sesuai dengan aturan moral yang tepat.
c.   Pemikiran dan Kelayakan.
               Pemikiran akan kelayakan menempatkan individu dalam suatu konteks tanggungjawab dan responsivitasnya terhadap etos yang didalamnya terkumpul kepentingan sosial dan politik dari masyarakat di sekeliling. Tindakan responsive harus menerjemahkan reaksi-reaksi lama dan menyesuaikan dirinya di dalam reaksi baru. Kelayakan menjadi kriteria untuk mengevaluasi pilihan moral.


Perdebatan Mengenai Akuntasi sebagai Seni atau Ilmu
            Selama ini literatur akuntansi telah mengembangkan suatu debat berkepanjangan menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan sebuah ilmu (sains). Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian menyarankan agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang yang baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan “legalistic” terhadap akuntansi. Para pendukung akuntansi adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan agar mengajarkan model pengukuran akuntansi untuk dapat memberikan pandangan yang lebih konseptual kepada para mahasiswa akuntansi mengeni apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya; dan untuk menumbuhkan pemikiran kritis di bidang akuntansi dan perubahan-perubahan dinamis yang terjadi di dalamnya. Bagaimana akuntansi itu diajarkan, apakah sebagai keahlian ataupun sebagai ilmu, akan memengaruhi cara pandang terhadap bidang studi ini dan kesiapan dari para siswa yang memilih untuk mengambil akuntansi sebagai jurusan utamanya hingga nanti pada akhirnya ia akan turut bergabung dalam profesi akuntansi. Teori, baik dalam segi normative maupun positif, dan ilmu akuntansi, yang ditempatkan di awal dan tidak hanya di belakang kukrikulum, akan dapat membantu para siswa dalam memahami akuntansi secara lebih baik, untuk lebih siap terhadap perubahan-perubahan dalam praktik, hingga sampai pada pngambilan kebijakan yang lebih baik. Meskipun Akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal (Glautier and Underdown, 1994). Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan.


KESIMPULAN

                        Suatu disiplin ilmu yang tampaknya begitu biasa dan praktis bagi beberapa orang, ternyata dapat menjadi begitu rumit, begitu dipenuhi oleh permasalahan-permasalahan dan arti. Definisi dan penggunaan dari akuntansi meninggalkan kita dengan suatu fakta yang pasti bahwa akuntansi memang benar suatu ilmu social, suatu ilmu dengan aturan-aturan praktik dan teori-teori yang mendukung. Teori-teori dari akuntansi dan lingkungan dari suatu ilmu yang telah berkembang penuh, yang memiliki aspirasi menjadi int dari bekerjanya masyakat dan ekonomi. Dari pembahasan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi adalah salah satu cabang ilmu, yaitu ilmu sosial yang rumit. Pelaksanaannya pun dilakukan berdasarkan teori-teori, etika, dan aturan-aturan praktik tertentu. Contoh
 KASUS MANIPULASI DATA LAPORAN KEUANGAN ENRON DAN KAP ARTHUR ANDERSEN
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31,2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard dalam penyesatan informasi, diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan. Kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.



DAFTAR PUSTAKA
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.
Nastalisti. 2011. Online (http://www.slideshare.net/nastalisti/ringkasan-bab-1-5). Diakses tanggal 6 September 2014  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar